Sunday, October 25, 2015

Import atau Lokal atau tidak keduanya?


Dipungkiri atau tidak, produk Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) ini, terutama untuk jenis lampu navigasi, masih belum tersentuh oleh industri lokal dalam arti belum ada satupun industri lokal yang mampu dan mau memproduksi lampu navigasi ini. Entah alasan teknis atau alasan pangsa pasar yang seolah - olah sempit dan terbatas penggunaannya.

Namun apabila dicermati secara seksama, negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan kurang lebih 70% nya merupakan wilayah perairan, seharusnya menjadi daya tarik bagi pelaku bisnis untuk menekuni peluang usaha fabrikasi / perakitan lampu navigasi, mengingat moda transportasi laut yang dipakai untuk mengakomodasi kebutuhan distribusi barang, pergerakan penumpang, terus berkembang dari waktu ke waktu.

Saat ini produk lampu navigasi masih didominasi oleh negara Australia dengan merk Sealite, New Zealand dengan merk Vega, USA dengan merk Tideland Signal dan Orga, Eropa (Swedia/Norwegia) dengan merk Sabik/Carmanah, dan sekitar 5-10% pangsa pasar juga dikuasai PRC dengan merk Double Wise Shaanxi (DWS) atau HAN dan Owleye, India, dan Vietnam dengan VIJA Light sebagai andalannya.

Produk - produk tersebut tersebar mulai dari perairan Jawa, Aceh, Sumatera, Riau, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara sampai Papua Barat, dengan konsentrasi pengguna (end user) tentu saja Jakarta dan Surabaya menempati urutan pertama, disusul kemudian oleh Batam, Medan, Padang, Palembang, Bandung/Cirebon, Makassar, Kendari, Ambon, Bali/Lombok, Sabang, Sorong, Kupang, Banyuwangi, Brebes, Tegal, Tuban, Lamongan dan kota - kota lainnya yang memiliki pelabuhan aktif dan beroperasi secara reguler.

Adanya persyaratan utama dari end user, dalam hal ini seperti Dinas Perhubungan Laut, Distrik Navigasi, Operator Oil & Gas, Pelaku Usaha Mineral yang meminta pabrikan produk lampu navigasi harus bersertifikat IALA (International Association of Lighthouse Authority), yang berpusat di Perancis, barangkali menjadi hal lain yang membuat industri lokal tidak berminat melirik potensi ini.

Oleh karenanya tidak ada pilihan lain selain menggunakan produk impor, entah sampai kapan.
***